Langsung ke konten utama

Deal with My Own Slef


Tak banyak dari kita yang tahu bahwa kebahagiaan yang sesungguhnya berasal dari diri kita sendiri. Sering kita mencari kebahagiaan dengan membeli barang-barang mewah, atau nongkrong sampai larut malam dengan teman-teman, atau bahkan melakukan hal-hal agar kita bisa terlihat seperti orang lain. Mungkin karena kita tidak percaya diri tampil apa adanya di depaan khalayak umum, dan memilih hidup seperti orang-orang yang mungkin tidak sefrekuensi dengan gaya hidup seperti itu. Namun meski telah melakukan itu semua, terkadang hati kita tetap terasa hampa seolah ada yang kurang tapi tak tahu apa yang kurang tersebut. Jawabannya sangat sederhana. Karena kebahagiaan yang sebenarnya ada dalam diri kita. Kita lupa bahwa kunci kebahagiaan adalah diri kita sendiri. Sometimes, we forget to deal with ourselves and we get lost in people’s way. Dan jalan keluarnya adalah self-love. So, let’s talk about it.

Tak jarang kita mendengar tentang self-love, tapi mungkin kita belum tahu arti yang sebenarnya dari istilah tersebut. Self-love sendiri adalah metode yang dilakukan untuk menerima segala keadaan yang menjadi bagian dari diri kita. Baik itu kelebihan yang kita sanggupi, maupun kekurangan yang kita miliki. Peran self-love seperti membran yang menyelimuti diri dari perasaan kecewa dan keputusasaan dan depresi atas diri kita. Tak sampai disitu, slef-love juga merupakan sikap dan tindakan yang mengapresiasi diri dan menghargai semua bentuk pencapaian yang telah diraih meski itu berupa hal-hal kecil. Karena sikap ini selalu menitikberatkan pada kepedulian terhadap diri dalam bentuk apapun yang menghasilkan aura positif.

Self-love ini sangat populer di semua kalangan. Namun tidak semua berhasil menerapkannya. Karena memang self-love ini sangat sulit untuk diimplementasikan ke dalam kehidupan kita. Bukan hal mudah ketika kita harus menghadapi kenyataan yang menimpa diri kita dan tidak sesuai dengan ekspektasi awal.  Dalam keadaan demikian terkadang kita mendapati diri kecewa terhadap diri sendiri.  Situasi ini jika dibiarkan berlanjut ke jenjang yang lebih berat akan membawa dampak buruk bagi kesehatan mental kita sendiri, untuk itu selflove berperan penting mengatasi situasi ini.  Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana cara kita mencintai diri sendiri?

Untuk mencintai maka terlebih dahulu kita perlu berkenalan, pun terhadap diri sendiri.  Monolog adalah salah satu cara yang dapat kita tempuh.  Berdialog dengan diri sendiri, mempertanyakan hal hal yang mengganggu atau membuat tak nyaman selama ini.  Nah bermonolog atau bicara pada diri sendiri ini dapat membantu kita menemukan jawaban dari hal hal yang mengganggu diri sendiri.  Keadaan ini bila sering dilakukan atau diulangi akan membsuat kita mengenali pribadi kita dengan lebih baik.  Jauh kedepannya hal ini akan menjadi langkah strategis dalam interaksi sosial kita di masyarakat, karena diharapkan output monolog ini salah satunya adalah dikenalinya kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

Mencintai diri sendiri juga dapat dilakukan dengan berlatih menerima diri sendiri apa adanya termasuk kelebihan dan kekurangan yang sudah diketahui pada proses monolog tadi.  Terhadap kekurangan kita harus dapat menerimanya dengan lapang.  Pemahaman keagamaan juga sangat berperan dalam hal ini, bahwa manusia tidak ada yang sempurna sebagai makhluk adalah keniscayaan yang harus diterima.  Bahkan dengan menyadari dan menerima kekurangan diri sendiri tidak menutup kemungkinan kita melihat celah mengolah kekurangan tersebut sembari memaksimalkan potensi atau kelebihan yang dimiliki. 

Kelebihan yang dimiliki kemudian mampu menghasilkan sebuah pencapaian yang mungkin hanya kita seorang yang mampu melakukannya. Pencapaian inilah yang menjadi poin lebih dari diri kita. Mengapresiasi pencapaian tersebut juga merupakan cara elegan dari metode self-love ini. Hidup menjadi individu yang penuh akan nilai positif semacam apresiasi terhadap diri sendiri akan sangat mempengaruhi keadaan mental dan kondisi kejiwaan kita. Tentu ini menjadi poin yang perlu disorot lebih. Bukan hal mudah untuk memulai mengapresiasi pencapaian kita. Umumnya kita justru akan mengevaluasi dan mencari-cari bagian yang kurang dari setiap pencapaian kita yang mana ini akan menjadi sebuah tolak ukur untuk pembanding-pembanding terhadap pencapaian orang lain. Bukannya menghasilkan nilai positif, malah akan membuat kita merasa kecewa terhadap diri sendiri. Dengan memulai sebuah apresiasi terhadap diri kita, akan sangat memberikan dampak yang luar biasa dalam aspek dan elemen kehidupan individual kita. Apresiasilah pencapaian apapun dan hal tersebut akan membuat suasana hati membaik dan memicu kita untuk lebih berkembang lagi

Mencintai diri sendiri juga dapat dilakukan dengan mengkondisikan diri untuk selalu berada dalam keadaan yang baik, salah satunya adalah dengan memilih pergaulan yang baik dan positif, karena harus dipahami bahwa pergaulan sangat besar pengaruhnya terhadap diri sendiri.. Untuk itu perlu selalu menempatkan diri dalam situasi dan kondisi yang baik dan bermanfaat.  Bergaul dengan orang baik dan mengikuti kegiatan kegiatan positif dalam suatu komunitas akan membawa dampak baik yang sangat banyak.

 

So, apa lagi yang kamu tunggu? Yuk mulai mencintai diri sendiri.

Let’s deal with ourselves. Cause you are perfect in your own way

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mental Pun Butuh Sehat

Kenapa kita memperlakukan secara berbeda             sakit yang satu dengan sakit yang lain Pada yang patah kakinya             Pada yang patah jiwanya Teman-teman menghiburnya             Teman-teman anggap dia  cari perhatian Ia disuruh berobat             Ia disuruh bertobat Ia dipaksa istirahat             Ia dipaksa kuat Dilarang bekerja keras             Diperlakukan dengan keras Teman-teman membantunya             Teman-teman merasa membantunya Mereka paham ia cidera             Mereka anggap ia manja Kenapa sat...

Mari kita membual bersama dalam khayal yang abstrak

Ya. Aku ‘unik’             A DZAN shubuh berkumandang dari arah masjid. Menggema masuk ke kamar melalui jendela yang menganga lebar. Badanku bangkit dan terduduk membungkuk, kelelahan berlari dalam mimpi. Tanganku refleks menekan sakelar lampu. Pandanganku seketika silau, mataku menyipit. Mataku menyapu sekeliling kamar. Melirik ke arah arloji yang melingkar di lengan kiri , tak pernah lepas sedari kemarin. 04:53. Berdiri kemudian melangkah dengan langkah yang gesar ter huyung seperti sehabis lolos dari kejaran pasukan penunggang serigala raksasa , berjalan ke kamar mandi. Sungguh mimpi yang menakutkan. Darahku masih berdesis dan panas karena ‘bunga tidur’  dengan ketegangan yang mengundang aliran adrenalin dalam tubuh. Aku menyegarkan diri dengan mengambil air wudhu’.  Menyentuhkan air keran dingin ke wajah. Bergegas b erjalan meraih gamis , kemudian melangkah ke ‘Baitullah’ untuk shalat berjamaah.  ...